Perkembangan sistem pembayaran digital di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren yang sangat positif. Salah satu inovasi yang menjadi sorotan utama adalah QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), sebuah sistem pembayaran berbasis kode QR yang diluncurkan oleh Bank Indonesia sejak tahun 2019. Kehadiran QRIS membawa revolusi besar dalam cara masyarakat melakukan transaksi, khususnya dalam menghadirkan metode pembayaran yang praktis, cepat, aman, dan inklusif.

Pada Juli 2025, data Bank Indonesia mencatat bahwa transaksi melalui QRIS mengalami lonjakan signifikan, dengan pertumbuhan mencapai 162% year-on-year (YoY). Angka ini bukan hanya mencerminkan perubahan perilaku konsumen yang semakin terbiasa dengan transaksi non-tunai, tetapi juga menegaskan bahwa QRIS telah menjadi tulang punggung sistem pembayaran digital di Indonesia. Lonjakan pertumbuhan ini terjadi seiring dengan makin masifnya adopsi QRIS oleh pelaku usaha mikro, kecil, hingga besar, serta semakin luasnya penerimaan QRIS lintas negara yang membuka peluang besar dalam perdagangan internasional.

Transformasi Digital dan Perubahan Perilaku Konsumen

Kebiasaan masyarakat dalam bertransaksi mengalami perubahan drastis sejak pandemi Covid-19. Kontak fisik yang dibatasi mendorong adopsi pembayaran digital secara masif. QRIS kemudian hadir sebagai jawaban, karena hanya dengan memindai kode QR, konsumen bisa membayar berbagai kebutuhan tanpa harus membawa uang tunai atau kartu.

Per Juli 2025, jumlah merchant yang menerima QRIS mencapai lebih dari 50 juta merchant di seluruh Indonesia. Angka ini didominasi oleh pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), yang memang menjadi target utama inklusi keuangan pemerintah dan Bank Indonesia. Dengan QRIS, bahkan pedagang kaki lima, warung, hingga penjual makanan keliling kini dapat menerima pembayaran digital secara mudah. Inilah salah satu alasan utama mengapa QRIS mampu tumbuh pesat hingga 162%, karena ia berhasil masuk ke segmen akar rumput yang sebelumnya sulit dijangkau oleh layanan pembayaran digital konvensional.

Perubahan perilaku konsumen juga semakin terlihat dari preferensi masyarakat yang kini lebih nyaman menggunakan e-wallet, mobile banking, dan aplikasi super app untuk bertransaksi. Tren cashless society bukan lagi sekadar jargon, tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup, terutama di kalangan generasi muda dan urban.

Dukungan Infrastruktur dan Kolaborasi Ekosistem

Pertumbuhan QRIS tidak bisa dilepaskan dari dukungan infrastruktur dan kolaborasi berbagai pihak. Bank Indonesia bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) memastikan standar QRIS bisa digunakan oleh semua penyelenggara jasa sistem pembayaran (PJSP), baik bank maupun non-bank. Artinya, konsumen bisa menggunakan aplikasi e-wallet seperti GoPay, OVO, Dana, ShopeePay, LinkAja, maupun mobile banking dari bank, dan tetap dapat melakukan pembayaran dengan satu standar QR.

Selain itu, keberhasilan QRIS juga ditopang oleh meningkatnya penetrasi smartphone dan akses internet di Indonesia. Menurut laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada tahun 2025 telah melampaui 220 juta jiwa, atau lebih dari 78% populasi. Hampir seluruh pengguna internet memiliki smartphone, dan sebagian besar sudah terbiasa dengan aplikasi pembayaran digital. Ekosistem inilah yang membuat QRIS berkembang pesat dan diterima luas oleh masyarakat.

Kontribusi QRIS terhadap Perekonomian Nasional

Pertumbuhan transaksi QRIS hingga 162% membawa dampak nyata terhadap perekonomian Indonesia. Pertama, QRIS meningkatkan inklusi keuangan dengan mendorong jutaan pelaku usaha kecil masuk ke dalam sistem pembayaran formal. Hal ini membuka akses mereka terhadap layanan keuangan yang lebih luas, seperti kredit usaha, asuransi, hingga investasi.

Kedua, QRIS mempercepat digitalisasi ekonomi yang menjadi salah satu prioritas pemerintah. Dengan semakin banyak transaksi yang terekam secara digital, pemerintah juga lebih mudah melakukan pemantauan, pengawasan, dan perencanaan kebijakan berbasis data.

Ketiga, QRIS mendukung pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang merupakan pendorong utama Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Kemudahan dan kenyamanan transaksi membuat masyarakat cenderung lebih sering melakukan pembelian barang dan jasa.

Ekspansi QRIS Lintas Negara

Salah satu pencapaian besar QRIS pada 2025 adalah keberhasilannya dalam ekspansi lintas negara. Bank Indonesia telah bekerja sama dengan sejumlah bank sentral di Asia Tenggara dan Asia Timur untuk menghubungkan sistem pembayaran QRIS dengan standar serupa di negara lain. Hingga Agustus 2025, QRIS telah terkoneksi dengan 9 negara, termasuk Thailand, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara ASEAN lainnya.

Dengan adanya konektivitas lintas negara, wisatawan mancanegara kini bisa bertransaksi di Indonesia hanya dengan memindai kode QR, tanpa perlu menukar mata uang terlebih dahulu. Begitu juga sebaliknya, wisatawan Indonesia dapat bertransaksi di luar negeri menggunakan aplikasi pembayaran lokal yang mendukung QRIS. Sistem ini terbukti sangat membantu perdagangan, pariwisata, dan mobilitas antar negara.

Tidak mengherankan jika pertumbuhan transaksi lintas negara melalui QRIS mencapai Rp1,66 triliun pada pertengahan 2025, menunjukkan potensi besar dari sistem pembayaran ini di era globalisasi.

Tantangan yang Masih Dihadapi

Meskipun pencapaiannya luar biasa, QRIS masih menghadapi sejumlah tantangan. Pertama adalah soal infrastruktur di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) yang belum sepenuhnya siap mendukung transaksi digital. Akses internet yang terbatas membuat penerapan QRIS di wilayah tersebut belum optimal.

Kedua, literasi digital masyarakat juga masih perlu ditingkatkan. Masih banyak pelaku usaha kecil yang belum memahami sepenuhnya manfaat QRIS, atau bahkan masih enggan meninggalkan transaksi tunai.

Ketiga, aspek keamanan digital menjadi tantangan tersendiri. Dengan meningkatnya volume transaksi, risiko penipuan, phishing, atau penyalahgunaan data juga semakin tinggi. Oleh karena itu, pengawasan dari regulator serta peningkatan kesadaran konsumen mengenai keamanan digital sangat diperlukan.

Strategi ke Depan

Untuk menjaga momentum pertumbuhan QRIS, sejumlah strategi penting perlu dijalankan. Bank Indonesia bersama PJSP terus memperkuat infrastruktur digital, termasuk memperluas jangkauan internet di daerah 3T melalui kerja sama lintas sektor.

Selain itu, edukasi dan literasi digital harus semakin digencarkan agar semakin banyak pelaku usaha dan konsumen yang nyaman menggunakan QRIS. Program pelatihan UMKM berbasis digital, kampanye literasi keuangan, hingga insentif bagi merchant yang menggunakan QRIS bisa menjadi langkah strategis.

Dari sisi keamanan, penguatan sistem perlindungan data, penerapan enkripsi, serta sistem deteksi dini terhadap fraud harus terus dikembangkan. Dengan sistem yang lebih aman, konsumen akan semakin percaya menggunakan QRIS dalam setiap transaksi.

Penutup

Pertumbuhan transaksi QRIS sebesar 162% pada Juli 2025 menjadi bukti nyata bahwa sistem pembayaran ini telah menjadi tulang punggung ekonomi digital Indonesia. Dengan dukungan ekosistem yang kuat, adopsi luas di kalangan UMKM, dan konektivitas lintas negara, QRIS bukan hanya menjadi solusi transaksi domestik, tetapi juga membuka peluang besar dalam perdagangan internasional.

Meski masih ada tantangan terkait infrastruktur, literasi digital, dan keamanan, QRIS memiliki fondasi yang kokoh untuk terus berkembang. Ke depan, QRIS tidak hanya akan menjadi instrumen pembayaran, tetapi juga simbol transformasi Indonesia menuju ekonomi digital yang inklusif, efisien, dan berdaya saing global.